Author: DRO (Sebelumnya HaeKyo)
Cast:Lee Cheonsa (OC) |Kim Jeon Myeon (Suho-EXO-K)
Other Cast:Kim Yura
Genre: Sad, Romance, OOC, Fantasy
Rating: PG-13
Length: Ficlet
Note: Hai, gue kembali setelah sekian lama hiatus dari dunia
per-Fanfict-an (?) Kali ini gue mengusung tema sad-romance-and fantasy. Ini FF
ASLI bikinan otak gue. Jika ada kesamaan cerita, typo(s), maafkanlah. Oke
segitu dulu dah cek-cok dari gue, Selamat Membaca :) Don’t forget to RCL (Read,
Comment, And Like) ~^^ Sankyu ‘-‘ )//
*cetak miring berarti flashback*
***
Angin berhembus lembut, menerjang
gugusan ilalang dan dandelion yang mengelilingiku. Namun Aku tak tau, mengapa
ilalang yang berdiri kokoh itu harus berdampingan dengan dandelion yang sangat
rapuh.
Layaknya Kau dan Aku bukan?
.
.
.
Mataku
menerawang jauh ke depan, mengingat
semua kenangan singkat bersamamu membuat relung hatiku terasa sakit.
Entah
apa yang ada diotakku sekarang ini, Aku hanya
ingin mengingat lebih dalam kenangan singkat itu. Kenangan yang seminggu
ini telah mengusik otakku dan membuatku tak konsen dengan apa yang sedang
pekerjaanku, membuat desain grafis.
.
.
.
Tampan.
Satu kata
itulah yang muncul dari mulutku saat menemukanmu tertidur di tanah. Oh, sungguh
memalukan ketika mengingatnya.
Jika
saja saat itu Yura, temanku, tidak mengganggu acara observasiku. Kuyakini kau
tak akan terbangun karena suara handphone
ku yang bisa dibilang memekakan telinga.
.
.
.
“Lee Cheonsa!”
Aku
masih mengingat saat suara lembutmu memanggil namaku. Saat itu aku sungguh
terheran dan mulai melontarkan pertanyaan padamu.
“Siapa kau? Bagaimana bisa kau tau namaku?”
“Aku adalah utusan dari surga, aku
kemari untuk menjagamu.”
Tertawa, itulah responku.
Konyol. Namun itulah yang membuatku mulai tertarik dengan kehidupanmu.
Kehidupan singkat yang membawakan kebahagiaan namun memberikan sakit pada
akhirnya.
.
.
.
Setelah
pertemuan tak sengaja itu, kuputuskan untuk memungutmu. Aku hanya ingin mencari
teman untuk menemaniku di apartemen. Jika kalian bertanya mengapa aku tak
mengajak Yura untuk tinggal bersamaku, maka aku akan menjawab, dia tidak mau.
.
.
.
Berhari-hari
aku tinggal bersamamu, menghabiskan waktuku bersamamu, membuatku sedikit ada
perasaan.
Awalnya,
aku tak tau perasaan apa itu. Apakah hanya perasaan kagum akan kebaikanmu dan
keramahanmu atau perasaan karena hal lainnya. Sungguh, aku tak mengerti.
.
.
.
Hari
berikutnya, jantungku terus terpacu dengan tidak normal saat melihatmu.
Sampai-sampai aku ‘sedikit’ menghindarimu karena takut kalau aku benar-benar
menyukaimu. Namun, itu lah kenyataannya.
Kau
sudah membuatku jatuh cinta padamu, Kim Jun Myeon.
.
.
.
Namun,
layaknya kehidupan yang normal. Aku juga pernah merasa emosi padamu. Emosi
karena kau tak pernah memikirkan keselamatanmu sendiri. Aku hanya takut, takut
akan kehilanganmu untuk... selamanya.
“Kenapa kau lakukan itu!!”
“Aku adalah penjagamu, Aku
berkewajiban untuk melindungimu dari semua hal!!”
“Tapi karena hal itu kau bisa saja
tertabrak dan mati konyol karena tugas bodohmu itu.”
“Maafkan aku.”
Saat
itulah pertama kali kita berpelukan. Kau terus-terusan mencoba untuk
menenangkanku yang sedang menangis.
.
.
.
Minggu
ke-2 aku tinggal denganmu. Baru kali itu aku menangis dengan dahsyatnya.
Saat
itu, Aku terbangun dan mencoba untuk mencarimu. Namun, nihil. Kau tak ada dalam
lingkup apartemenku.
Kucoba
untuk menelponmu, namun hanya sahutan sang operator yang menjawabku.
Aku
memaksa untuk memasuki kamarmu. Dan hanya sebuah surat selamat tinggal yang
kutemukan.
Jujur,
aku frustasi. Hatiku sakit. Saat kau pergi tanpa pamit padaku.
Kuputuskan
untuk pergi ke tempat saat awal kita bertemu. Dan hasilnya masih sama, nihil.
Kau
sungguh kejam.
Itu
hanyalah kata-kataku ditengah tangisan yang menggema di padang ilalang yang
sangat luas.
Jika
boleh aku membacakan suratnya, maka aku akan membacakannya sekarang.
Lee
Cheonsa,
Aku
yakin kau telah merasa nyaman dengan semua kehidupanmu saat bersamaku. Dan saat
kau mulai merasakan nyaman itulah aku harus pergi meninggalkanmu dengan
terpaksa. Aku sungguh minta maaf karena aku tak bisa berpamitan langsung padamu
karena ‘orang itu’ telah memanggilku untuk kembali.
Kim
Jun Myeon.
.
.
.
Aku
mengusap air mataku setelah mengingat semua itu.
Kurasa hari ini cukup.
Kulangkahkan kakiku untuk pergi
menjauh dari tempat itu, tempat dimana aku pertama kali bertemu dengan
seseorang yang sangat berharga bagiku, Kim Jun Myeon.
.
.
.
Aku
berlari ditengah-tengah hiruk-pikuk kota Seoul. Mencoba untuk mengejar waktu
yang tinggal setengah jam lagi untukku menyerahkan desain kepada atasan.
Langkah
kakiku secara konstan berubah menjadi lambat ketika ada potongan bunga
dandelion yang terbang bersamaan dengan angin dan membawakan sebuah firasat
yang err... aneh.
Aku
tak menghiraukan firasat itu, toh siapa yang akan terkena hal buruk? Orang
tuaku? Mereka sudah berada di surga sekarang ini.
Aku
kembali melangkahkan kakiku. Dan kurasa firasat aneh itu menandakan sebuah hal
yang membahagiakan. Ya, sebuah hala itu adalah sekarang ini, entah ini hanya
khayalan atau apa. Kim Jun Myeon, seorang Kim Jun Myeon yang kucintai berada
tepat dihadapanku dan sontak aku segera mengentikan kakiku dan menatapnya tanpa
henti.
Pelan
namun pasti, langkah kakiku telah membawaku tepat dihadapannya. Hening. Namun
dia segera membuka percakapan dengan melontarkan sebuah pertanyaan padaku.
“Apa
kita pernah bertemu sebelumnya?”
“Kau
pikir?”
“Di
sebuah padang ilalang? .... Lee... Cheonsa?”
Matanya
sedikit menyipit saat mengucapkan pertanyaan itu. Dan sedikit kemudian sebuah
senyumah terukir dengan jelas dibibirnya, manis.
Dan
saat inilah kali kedua kami berpelukan.
.
.
.
The End
0 komentar:
Posting Komentar
Kagak ninggalin jejak? Secret Admirer dari ini blog.Lol