Author: HaeKyo
Cast: Kim Ryeo Wook | Han
Ji Eun
Genre: Sad | Romance
Length: Ficlet not Ficlet
(5 pages : Comic Sans MS : 12)
A Goodbye Story START!
***
It hurt me most is when I am losing you and then also I love you so much
-Han Ji Eun
***
Sekarang ini masih pukul 3 sore, tapi langit Seoul sudah
terlihat gelap karena proses kondensasi yang terjadi sejak siang. Semua orang
berlalu lalang dengan terburu-buru agar segera tiba ditempat tujuan sebelum
hujan turun membasahi kota tersebut.
Langkah kaki kecil seorang gadis berambut hitam legam nan
panjang, dengan tinggi sekitar 170-an, tubuhnya yang ramping dengan mudah
melewati orang-orang disekitarnya. Han Ji Eun, itulah nama gadis itu.
Kringg...
Suara bel yang terpasang di pintu sebuah cafe berbunyi,
menandakan ada seseorang yang datang. Dengan sigap pelayan menyambut Ji Eun dan
mengarahkannya ke salah satu meja yang kosong.
“Pesan sekarang?” Tanya pelayan itu dengan sangat sopan.
“Ah, tidak. Aku sedang menunggu seseorang.” Jawab Ji Eun
sambil tersenyum.
“Baiklah.” Pelayan itu pergi meinggalkan Ji Eun sendirian.
Duduk dekat jendela membuatnya bisa melihat keadaan di luar
sana. Sesekali Ji Eun memerhatikan arloji yang terpasang di tangan kirinya.
Gadis itu menopang dagunya dengan malas sambil melihat
keluar jendela yang memperlihatkan orang-orang berlarian karena rintikan air
hujan yang mulai menghujam bumi.
Dilihat lagi arlojinya. Lama. Gumamnya, kemudian ia mem-pout bibir tipisnya.
Krriing~~
Entah sudah yang keberapa kali bel itu berbunyi, dan
sebanyak bel itu berbunyi pula kepalanya selalu ia tengokan ke arah pintu.
Berharap orang yang ia tunggu segera datang. Namun hasilnya adalah nihil.
Lagi dan lagi bel itu berbunyi. Sebenarnya Ji Eun enggan
untuk menolehkan wajahnya karena merasa kesal terhadap bunyi bel tersebut. Baik sekali lagi. Dihembuskan nafasnya
pelan.
“Oppa!”
panggilnya dengan senyum merekah dibibirnya ketika orang yang sedari tadi ia
tunggu merasa kebingungan mencari keadaanya.
“Apa kau sudah lama menunggu?” Tanya lelaki muda yang kini
telah berada dihadapannya.
“Ani, hanya
sekitar 30 menit.” Jawabnya dengan sangat enteng.
Well, sebenarnya
nada bicaranya tadi sedikit penuh akan penekanan. Terutama pada kata ’30
menit’.
“Itu sudah sangat lama, bodoh.” Ucap lelaki itu membodohkan
kekasihnya sendiri.
“Bukankah lebih baik menunggu daripada terlambat, ehm?
Lagian, kau juga datang tepat pada waktunya. Aku saja yang terlalu bersemangat
untuk segera bertemu denganmu hingga Aku lupa akan jam pertemuan.” Tersenyum,
lagi dan lagi gadis itu tersenyum. Sepertinya tersenyum adalah ciri khasnya
dalam menutupi kekesalannya.
“Hah~Baiklah, terserah apa yang kau katakan, Ji Eun-ah.” Lelaki itu pasrah dengan apa
yang diucapkan kekasihnya itu. Percuma
menentangnya disaat seperti ini. Batinnya.
“Kau sudah memesan makanan?” Tanya lelaki itu mencoba itu
mencairkan hati kekasihnya.
Gadis itu tersenyum, “Belum.” Ujarnya.
“Biar ku pesankan.”
***
Hujan sore itu telah berhenti,
meninggalkan genangan air di beberapa titik. Butiran air berjatuhan dari
wilayah tinggi menuju wilayah yang rendah.
Kini mereka telah berada disini, di sebuah taman yang tak
terlalu luas karena tempatnya yang bersebelahan dengan bangunan rumah dan
pertokoan. Taman tersebut disediakan untuk para pengunjung cafe yang letaknya
tepat berada disebelahnya.
“Berhentilah melamun!! Apa yang kau lamunkan hingga alismu
hampir menaut, Ryeowook-ssi?” Gertak
Ji Eun pada kekasihnya yang notabennya bernama Kim Ryeowook.
“Ah ya? Ani, Aku
tak melamun. Hanya memikirkan sesuatu yang sangat penting dan serius.” Suara
Ryeowook mengecil di kalimat terakhirnya, namun samar-samar Ji Eun masih bisa
mendengar kalimat tersebut. Ditutup olehnya novel berjudul ‘Exorcism’ yang
sejak tadi ia baca.
“Apa kau sakit? Wajahmu terlihat pucat dan itu sangat.”
Telapak tangannya yang putih mulai menyentuk wajah lelakinya. Ryeowook
menangkis dengan halus tangan Ji Eun.
“Tidak, Aku tidak sedang sakit.” Elaknya.
“Tapi tubuhmu panas tuan Kim!” Nada Ji Eun sedikit menaik.
Ryeowook menghela nafas pelan “Aku tidak papa, kau tak
perlu khawatir, Arra?”
Sebenarnya Ji Eun tak yakin dengan apa yang diucapkan
Ryeowook. Tapi mau bagaimana lagi? Jika ia tetap bersikukuh mempertahankan
pendapatnya, mungkin mereka akan berakhir di rumah masing-masing –marah.
“Ji Eun-ah, ada
yang ingin kukatakan padamu.”
“Apa?”
“Kau masih mencintaiku?”
Sontak pertanyaan itu membuat wajah seorang Han Ji Eun
berputar 90 derajat menghadap lawan bicaranya dengan cepat. Shock?
Pastinya. Pikirannya kalut, takutnya jika seorang Kim Ryeowook, lelaki
yang sudah menjadi pacarnya selama 5 tahun ini memutuskannya. Sungguh Ji Eun
sangat tak rela jika Ryeowook memutuskanya. Egois? Menurutku tidak, dia hanya
ingin mencintai lelaki tersebut hingga akhir hayatnya. Hidup bersamanya hingga
memiliki anak, menjalin kehidupan yang bahagia layaknya cerita-cerita yang ada
di dongeng.
“K-Kenapa kau menanyakan hal itu? Apa kau mulai bosan
padaku dan ingin putus dariku? Oh, Kim Ryeowook kumohon jangan lakukan hal
bodoh itu. Kau tau kan Aku mencintaimu dan itu sangat?” Ucap Ji Eun panjang
lebar memohon pada kekasihnya itu agar tidak memutuskannya.
Ryeowook tertawa, membuat Ji Eun berkerut dahi.
“Ya!! Apanya yang lucu, hah?” Ji Eun memukul pundak lelaki
itu dengan keras membuat Ryeowook sedikit meringis kesakitan.
“Ya! Jangan marah, bodoh. Aku kan hanya bertanya, siapa
yang ingin memutuskanmu, hah? Jika kau masih mencintaiku, maka kita sama. Ada
satu permintaan yang sangat ingin ku katakan pdamu dan kau harus mau menerima
permintaan tersebut,” Ryeowook menatap lekat manik mata Ji Eun “Mau kah kau tak
menghubungiku untuk satu hari saja? Kumohon.”
Baiklah permintaan yang diminta Ryewook terlihat sangat
konyol bukan? Tapi, mana ada sepasang kekasih yang tak saling menghubungi selama
satu hari? Kecuali diantara mereka sudah mulai bosan.
“Haha~ Ya! Kim Ryeowook, kenapa permintaanmu sangat aneh
sekali? Baiklah mulai kapan hal itu dilakukan?” Ji Eun tertawa renyah dan
Ryeowook, si pengaju pertanyaan malah tertawa miris.
***
--One Day
Later—
Deru tangis menggema disalah satu
ruangan serba steril di salah satu Rumah Sakit di Seoul. Dan tepat di sana juga
terdapat lelaki muda bertubuh kecil, wajahnya sangatlah pucat, dingin, dan
matanya tertutup dengan rapat seakan enggan melihat semua orang yang kini
sedang menangis di hadapannya. Kim Ryeowook, dialah lelaki itu. Sungguh tragis
bukan? Hidupnya kini telah berakhir karena penyakit yang bernama kanker otak
menggerogotinya sejak 3 tahun lalu. Dan sejak itu pula dia selalu menahan sakit
yang teramat sangat.
Han Ji Eun sang kekasih hanya bisa menatap samar lelaki
itu. Pandangannya buram karena bendungan air mata yang dalam satu kedipan pasti
akan meluncur turun untuk membasahi pipinya.
“Wae?” Air
matanya kini telah berjatuhan tanpa henti. Merasa menyesal dengan keinginan
kekasihnya yang ia setujui kemarin. Merasa menyesal karena tak tau menau
tentang keadaan sang kekasih. Sungguh sebuah penyesalan yang sangat mendalam.
Dan kini dia merasa menjadi seorang perempuan yang tak berguna di hadapan sang
pujaan hati.
***
Oh Tuhan.
Jika semua ini bisa kembali seperti semula. Aku hanya ingin mengetahui semua
masalahnya. Selalu memperhatikan keadaanya. Berada di sisinya pada saat-saat
terakhirnya. Menggenggam tangannya dengan erat, memberikan senyuman terbaikku
padanya agar dia bisa menutup matanya dengan tenang. Aku... Aku hanya ingin
bersamanya. Kumohon! Kembalikan waktuku sebelum dia meninggalkan dunia ini
untuk selamanya.
-Han
Ji Eun-
Jika
kalian mencintai seseorang. Janganlah kau tak saling menghubungi satu sama
lain. Karena dalam jangka waktu 1 detik saja, hal yang tidak kalian inginkan
mungkin saja terjadi.
-HaeKyo-
A Goodbye
Story is END!
Haha~~ akhirnya selesai juga Fanfic kebut maut ini. Serius
Author buatnya dadakan. So, jika ada kesalahan mohon dimaafkan! Cerita ini asli
keluaran otak Author. Jika ada kesamaan cerita merupakan tidak kesengajaan.
Typos everywhere. Mohon dimaafkan ^^ Read, Comment please ^^
Oke sekian dari saya. Saya ucapkan terimakasih ~^^
Visit my Blog : supershineeff20.wordpress.com ~^^
0 komentar:
Posting Komentar
Kagak ninggalin jejak? Secret Admirer dari ini blog.Lol