[Fanfiction] Secret Admirer

Secret Admirer

Author: Io Elora

Cast: Shim Hana (OC’s) | Park Chanyeol (EXO-K)
Other Cast: Park Rin Chan (OC’s) | Byun Baekhyun (EXO-K)
Genre:School live, Romance? *Maybe ._.
Rate: General
Length: Oneshot (1889 words)
Note: Ini hanya sebuah Fanfiction. Dimana di dalamnya tidak ada maksud untuk melecehkan pihak manapun. Saya hanya meminjam nama-nama pemeran, tidak lebih. Jika ada kesamaan tokoh, alur cerita, kata-kata, dan tempat, maafkanlah.

.
.
.
Are you camera? Because everytime I look at you, I smile :)
-Shim Hana
.
.
.
          Pagi hari.
Aku senang dengan pagi hari. Mengapa? Karena hanya dipagi hari aku bisa melihat embun yang menutupi wilayah bumi dengan indahnya. Aku senang melihat mentari yang masih malu menampakkan dirinya, hangat. Aku senang melihat burung-burung kecil yang bertengger dan berkicauan di pohon dekat balkon kamarku. Dan… aku senang masih bisa melihat wajahnya, Park Chanyeol.
.
.
.
          First, perkenalkan namaku Shim Hana, panggil saja diriku Hana. Aku merupakan salah satu siswi di Namil High School. Dan sekarang Aku berada di kelas XI-3.
Sedikit pendeskripsian tentang kelas tercintaku ini, kkeke. Kelasku bukanlah tempat orang-orang pendiam yang terus bergelut dengan buku. Jadi tak heran jika banyak guru yang terkadang geram saat memberikan materi. Cukup? Kurasa iya.
Menurutku, tak ada yang special di dalam ataupun luar diriku ini. Aku hanyalah seorang gadis biasa, tak pintar dan tak bodoh, tak kaya dan tak miskin, tidak cantik namun hanya sekedar manis -itu yang sering diucapkan teman-teman-. Dan aku juga seperti manusia lain yang menjalani kehidupan dengan normal. Aku makan, minum, dan merasakan jatuh cinta.
Membicarakan tentang jatuh cinta. Aku jadi teringat padanya. Pada orang yang sekarang berada di kelas tetangga. Namanya, Park Chanyeol.
.
.
.
          “Hana-ya…” Erang temanku, Rin Chan.
“Apa?” Jawabku singkat tanpa mengalihkan tatapanku dari lelaki itu-Chanyeol.Well, Aku senang memandanginya dari kejauhan seperti ini. Melihatnya membenahi kacamatanya yang besar. Mendengar suaranya yang berat dari kejauhan.
Aku pernah berpikir untuk mendekatinya. Namun sayang, pikiran dan nyaliku sangat berbeda. Mereka seperti terus-terusan menghajarku, namun akhirnyapun pikiranku tetap kalah.
Bila kuhitung-hitung, sudah 2 tahun lebih aku menyukainya. Dan selama itu pula aku memperhatikan semua gerak-geriknya. Seperti dia selalu membenahi letak kacamatanya selama setengah jam sekali. Dia selalu masuk ke dalam ruangan dengan kaki kanan dan keluar dengan kaki kiri. Dan yang paling konyol darinya adalah dia sangat senang membuat tali dari bangku satu dengan bangku yang lainnya, sehingga saat pemilik bangku akan maju kedepan mereka harus terjerembab oleh jebakannya.
Secret Admirer?
          Ok, kalian bisa menjulukiku seperti itu.
“Kau masih belum puas menamatiya setiap hari, huh?” Tanya Rin Chan dengan nada sedikit kesal. Oke maafkan aku karena telah mengabaikanmu, teman.
“Bisa dibilang, belum.” Aku terkekeh di akhir kalimat.
“Cih, sampai kapan kau mau menamatinya seperti itu? Jika aku jadi kau, aku akan menyatakan perasaanku terlebih dahulu. Seperti aku menyatakan perasaanku pada Baekhyun.” Dia mengaduk-aduk Orange Juice yang ada dihadapannya dengan malas.
“Kita berbeda, Rin Chan-ah. Kau memiliki nyali yang kuat. Sedangkan aku? Aku tidak sepertimu. Aku lebih suka mengamatinya dari kejauhan. Kenapa?” Rin Chan mengangkat bahu.
“Karena aku takut jika aku bisa mendapatkannya, suatu hari aku akan kehilangannya. Bukankah lebih baik seperti ini? Melihatnya sampai puas tanpa ia mengetahuinya?” Lanjutku dan Rin Chan hanya menghela nafas, menyerah.
.
.
.
          Semester 4 akan segera selesai, dan itu artinya aku akan meninggalkan kelas lamaku dan berpindah ke kelas yang setingkat lebih tinggi derajatnya, yaitu kelas XII.
Apa kalian pikir aku bersedih karena aku akan berpisah dengan teman-teman satu kelasku yang konyol? Oh, jangan bercanda. Sekolahku telah mengganti kebijakan kunonya. Dulu setiap kenaikan kelas, muridnya pasti akan diacak. Namun kini mereka mengganti kebijakannya dengan tak mengacak siswa satu kelasnya, dengan alasan agar kami bisa mempererat tali persahabatan.
Kini aku dan Rin Chan ditambah Baekhyun sedang berada di perpustakaan. Setiap menjelang akhir semester, kami selalu begini. Menghabiskan waktu di perpustakan, alih-alih untuk memahami semua materi.
Terkadang aku merasa iri dengan Rin Chan karena ia bisa meminta bantuan pada kekasihnya, Baekhyun. Namun, apa daya? Apa aku harus tiba-tiba datang dihadapan Chanyeol hanya untuk mengajariku? Memalukan!
Aku sedikit melirik dua sejoli yang ada dihadapanku. Oh Tuhan, mereka terlihat asik sendiri dan tak menghiraukan orang yang ada dihadapnnya yang kini sedang menatap mereka dengan tatapan ‘ingin’.
“Ehm… Hana-ya. Aku pergi dulu, ya. Jangan tanya alasannya.” Ucap Rin Chan kemudian pergi meninggalkanku setelah aku menganggukan kepala sebagai tanda setuju.
Hening.
Kututupi wajahku dengan buku Fisika, kemudian berpindah meletakkan kepalaku di meja. Sejak semester lalu, seperti ini lah keadaanku, memprihatinkan. Jika tak ada Baekhyun, mungkin Rin Chan tak akan meninggalkanku sendirian hanya untuk berkencan,
.
.
.
          “Mendung, eoh?” Gumamku kemudian melanjutkan jalan menuju gerbang utama dan pulang.
Namun, langkahku terhenti ketika mendengar suara petikan gitar yang berasal dari ruang musik. Karena aku orang yang sangat ingin tau, kuputuskan untuk mengintip. Yah~ walaupun sedikit tak masalah, kan?
“P-Park… Chanyeol?” Mataku kembali terpesona oleh dirinya. Terkadang aku merutuki diriku yang tak pernah mau melepas pandanganku saat bertemu dengannya.
Aku menelan ludah dengan susah payah, entah kenapa saat seperti inilah yang paling kutunggu darinya. Bermain gitar sambil bernyanyi dengan suaranya yang berat.
Aku segera membalikkan badanku saat Chanyeol menghentikan permainannya dan memutar kepalanya menghadap jendela. Dan dengan sangat pelan aku melangkahkan kakiku menjauh dari tempat itu.
.
.
.
          Kenaikan kelas telah tiba, dan seperti yang kalian tau kini aku sudah berada di kelas baruku. Kelas XII-3.
Karena ini hari pertama, ketua kelas menyuruh kami untuk mengambil beberapa barang hasil uang kas yang masih tertinggal di kelas lama kami.
Aku mengambil beberapa buku bacaan yang ada di rak buku bagian belakang. Semua orang telah keluar dari kelas lama ini. Aku menatap papan tulis yang telah terisi oleh grafitibertuliskan ‘selamat tinggal kelas lama. Selamat datang kelas baru! Jangan lupakan kami kelas lama ^^’. Aku terkekeh setelah membaca tulisan itu kemudian pergi dan benar-benar meninggalkan kelas itu.
Entah karena aku bodoh atau apa. Saat melewati kelas Chanyeol kakiku menginjak tali sepatuku sendiri dan mengakibatkan diriku tersungkur dengan buku-buku yang berserakan.Bodoh. Runtukku.
Kubereskan semua buku itu dan menumpuknya seperti semula. Bersyukurlah diriku karena saat terjatuh kelas Chanyeol sudah sepi, jika tidak betapa malunya diri ini!
Setelah selesai menumpuk semua buku itu, kini aku membenahi tali sepatuku yang terlepas. Dan saat itu lah gerombolan Chanyeol dengan penuh percaya diri berjalan melewatiku, dan sialnya mataku ini tak bisa melewatka momen sekecil apapun. Mataku terus mengikutinya hingga akhirnya ia menghilang di belokan lorong.
.
.
.
          Entah ini benar atau tidak. Bagiku hari-hari berlalu dengan sangat cepat. Bahkan sekarang ini semester ke-5 telah usai. Perasaan baru kemarin aku menempati kelas ini. Tapi nyatanya telah 6 bulan aku berada di sini.
“Hana-ya!!!!!” Konsentrasiku buyar saat Rin Chan dengan brutalnya masuk ke dalam kelas. Hingga membuat Sehun –ketua kelas- melemparnya dengan botol minuman yang telah kosong. Sejenak mereka saling beradu tatapan kesal, namun Rin Chan segera membuang muka dan bergidik saat mendatangiku.
“Dia terkadang menakutkan layaknya singa kelaparan.” Oh sial aku tertawa karena ucapannya. Entah mengapa Rin Chan sangat senang mengucapkan kata-kata yang konyol saat menjelekkan orang lain.
“Ada masalah apa, huh?” Tanyaku setelahnya.
“Ya? Ah, itu. Apa kau ada waktu nanti sepulang sekolah? Aku dan Baekhyun akan merayakan hari jadi kami yang kedua tahun. Baekhyun memaksa. Katanya tak ada penolakan.”
Aku tersenyum, “Baiklah aku akan ikut. Tapi ingat! Suruh dia untuk membelikan makan yang enak-enak, jika tidak aku akan melemparkan makanan itu padanya.” Diakhir kami tertawa bebas.
.
.
.
          Setelah mengikuti acara Rin Chan dan Bakhyun, aku segera pulang. Lagi-lagi mendung. Pikirku sambil menunggu bus yang sedari tak kunjung datang.
Mataku melirik seseorang yang baru saja datang dan duduk di ujung halte. Saat itu pula mataku membulat dengan sempurna. Jarang-jarang aku melihatnya naik bus. Bukan jarang, bahkan tak pernah. Kalian pasti tau siapa orang itu, kan?
Sekian lama udara yang ada di sekitar menjadi panas. Padahal sekarang ini sedang turun hujan. Aku merutuki bus yang sedari tadi tak kunjung datang. Please, aku hanya ingin segera pergi dari sini. Aku sudah tak kuat berada di dekatnya.
Jantungku berdetak cepat, keringat dingin bercucuran, senyum yang samar-samar mengembang. Itu membuatku sedikit tidak nyaman.
Seperkian detik kemudian, bus itu datang. Aku bernafas lega, karena kupikir aku bisa menjauh darinya dan tidak tegang lagi.
Namun dugaanku salah, dia bahkan juga menaikki bus yang sama denganku dan apa kalian tau? Dia juga duduk di sebelahku!! Hell!!!!
“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”
DEG!
“Y-ya? T-tentu kita pernah bertemu, kita satu sekolah.” Jawabku dengan kaku.
“Benarkah? Apa kau siswi yang pernah terjatuh saat perpindahan kelas waktu itu?”
Tunggu, bagaimana bisa dia masih ingat hal bodoh itu? Oke, aku malu sekarang. Kuakui, memorinya sungguh kuat, padahal dia hanya lewat saja waktu itu. Sedangkan aku si pelaku sekaligus korban malah sudah lupa dengan peristiwa itu. Bodoh.
       “I-iya.” Jawabku sambil tersenyum kikuk.
Hening.
Aku menggigit bibir bawahku. Takut-takut jika dia mendengar detak jantungku yang bisa dibilang di luar kenormalan ini. Dan aku juga takut jikalau dia melihat wajah sangarku ini.
“Ah, aku aku sudah sampai. Aku pergi dahulu, Chanyeol-ssi.” Pamitku padanya dengan tergesa-gesa, dan bodohnya aku tadi menyebut namanya!
.
.
.
          Aku menatap nanar pada setiap orang yang berlalu lalang di hadapanku. Apa kalian membenci kata perpisahan? Jika iya, maka kita sama.
Sekarang adalah waktunya perpisahanku dengan semua teman yang ada di sekolahku ini sekaligus berpisah dengannya, Park Chanyeol.
Aku tak sedih jika aku harus berpisah dengan Rin Chan. Toh, kami juga satu kampus. Hanya saja kami berbeda fakultas. Setidaknya jika kami benar-benar teman baik, kami tak akan melupakan satu sama lain, kan?
Aku hanya sedih jikalau harus berpisah dengan seseorang yang bernama Park Chanyeol itu. Aku jadi tak bisa melihat kebiasaan-kebiasaanya.
Tapi mau bagaimana lagi? Jika ia memang takdirku, pasti Tuhan akan menyatukan kami lagi walaupun jarak menghadang.
Kuremas amplop berwarna abu-abu yang sedari tadi kugenggam dengan erat. Jika kalian menebak itu surat cinta. Kalian memang cerdas!
Aku ingi memberikan surat ini padanya, namun sekali lagi nyali kecilku membuatku tak berani untuk menyerahkan surat ini padanya.
Kumasukkan surat itu kedalam saku baju. Kemudian menyatu dengan teman-temanku yang sedang berpesta ria di lapangan basket.
.
.
.
          Pesta itu telah usai. Aku kembali ke kelas untuk mengambil barang-barangku.
“Sepi.” Gumamku. Aku yakin, walaupun sudah usai. Pasti mereka masih tak mau pulang.
“Shim Hana.” Kepalaku yang tadinya merunduk karena memasukkan barang-barang ke dalam tas kini telah mendongak dengan cepat setelah mendengar suara berat yang memanggilku dari arah belakang. Park Chanyeol?. Batinku.
Kuputar tubuhku menghadap dirinya, “A-Apa?”
“Kukembalikan ini.” Ia menyodorkan buku… Diaryku?? Hei bagaimana dia bisa mendapatakan buku yang kuanggap sangat rahasia ini?
“B-Bagaimana kau?”
“Kau meninggalkanya di bus waktu itu. Maaf karena aku telah membacanya tanpa meminta izin terlebih dahulu.” Mataku membelalak saat dia terang-terangan mengaku sudah membaca bukuku itu.
Sekarang, nasibku bagiamana?
“Aku pergi. Jagalah buku itu dengan baik-baik, jangan sampai ada yang menemukannya lagi, selain aku.” Dia tersenyum kemudian membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauhiku.
Alisku hampir menaut saat aku membaca tulisan ‘I Love You’ di punggung bajunya. Apa itu untukku?.
       “Park Chanyeol-ssi!!!” Aku berlari mengejarnya. Ah, sial cepat sekali jalannya.
Aku mencarinya di seluruh wilayah sekolah, dan hanya di satu tempat ini aku menemukannya. Tempat itu adalah gerbang sekolah. Sial kenapa dia berpose sama persisi saat aku pertama kali bertemu dengannya.
       “Kau lama.” Ia menyentuhkan jari telunjuknya di dahiku dan mendorongnya pelan, kemudian tersenyum dengan sangat… manis.
Dia merentangkan tangannya, seakan-akan memintaku untuk masuk ke dalam dekapannya. Tanpa berpikir panjang aku langsung mendekapnya dengan senyum bahagia terukir di bibirku.
I Love You too, Park Chanyeol.”
.
.
.
The End

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Kagak ninggalin jejak? Secret Admirer dari ini blog.Lol